Entah sejak kapan saya suka melihat senja, pastinya kapan saya tidak tahu tapi yang jelas yang suka melihat langit apalagi ketika awan putih dan langit biru masih menampakkan keindahanya sekalipun pemandangan ini harus saya lihat di kala panas datang, tapi saya suka. mungkin inilah arti kata ” suka ” sekalipun gak enak tetap aja di lakukan
semenjak saya mencoba bangun pagi dan jam kuliah yang sudah semakin menipis mengingat sudah semester tua juga, mungkin dosen sudah malas untuk memberikan materi di dalam kelas dan lebih suka di keluar kelas, entah kunjungan atau bermain – main ke pameran satu sama lain, asal bukan sama sisi atau sama kaki, karena mereka bukan segitiga
membuat saya menjadi sering pulang lebih awal dari biasanya, yang dulu kalau pulang ke kos langit sudah gelap, jalan sudah gelap, semuanya gelap sekarang setidaknya masih ada remang – remang lampu pijar dan lampu lampu lain yang menemani saya menuju kosan
awalnya saya suka sunrise, kenapa dia selalu mengajarkan saya jika pagi itu harus muncul dengan semangat, bayangkan saja jika matahari malas dan tidak mau terbit, tidak adan ada pagi. lalu bagaimana dengan senja ? senja mengajarkan saya bahwa ada waktunya kita untuk istirahat jangan ngoyo
semangat dan pantang menyerah itu boleh, tapi istirahat itu cukup
saya senang dan bersyukur bahkan sampai detik ini selalu ada orang – orang yang mengajarkan saya untuk berhenti. saya suka lari tapi kalau waktunya untuk berhenti
mungkin bukan karena kita ingin, tapi karena kita butuh
senja sore mungkin punya banyak kisah dari yang saya rindu dengan seseorang yang tidak membalas pesan saya selama satu minggu, ketika saya lelah dengan rutinitas yang sedang menumpuk, menunggu kepastian untuk pulang atau tidak, mencari tempat berbuka puasa, mencari tempat untuk bernyanyi, dan untuk menemani saya bertemu dengan kawan lama saya
memang benar, sekalipun sama sama senja, tapi tidak pernah sama