Sudah sekitar tiga minggu belakangan ini postingan sana sini di setiap paginya, nampak sama dan selalu terjadi di hari jumat. Mungkin hanya orang Jogja yang tau namun rasa panik itu datang dari banyak sisi, karena kita tahu sendiri Jogja adalah tempat banyak budaya dan pendatang untuk menuntut ilmu dan mencari banyak keindahan alam, karena tidak sedikit orang berkata bahwa Jogja itu adalah mininya Indonesia, dimana suku – suku yang ada di Indonesia rata – rata berkumpul disini. Sungguh saya pun merasakan hal yang sama, memang bahasa yang paling tepat digunakan di kota ini, adalah bahasa Indonesia.

Merapi menjadi salah satu gong besar di kota ini, dua minggu belakang dihebohkan karena mungkin dia sedang sakit jadi sempat menguap dan batuk – batuk tapi sudah reda dan terkadang masih suka kumat, tapi tenang. Tuhan masih sayang sama kota ini, karena masih banyak juga orang yang sayang sama kota ini yang mau meluangkan waktunya beberapa saat untuk berdoa bagi kota pelajar ini. meskipun mereka tidak lahir dan besar disini, bahkan saya pun hanya pendatang, tapi rasa sayang untuk kota ini sudah saya rasakan sejak tahun 2013 dimana saya memiliki mimpi bahwa suatu saat saya akan kuliah kota ini, dan Tuhan mengabulkan doa saya.

Takut, panik, bingung dan lain – lain mungkin banyak dirasakan oleh masyarakat yang berada disekitar saya, beberapa teman saya juga sudah meminta semangat dan doa untuk sama – sama saling menguatkan, berita bahawa harus waspada dan lain – lain mulai bergencaran karena saat itu suara gemuruh dan gempa mulai kerasa bahkan sampai daerah kota. Tapi saya percaya Tuhan sayang sama Jogja

Lima hari belakangan ini, saya sering pulang malam salah satu hal yang saya suka adalah melihat langit. Tuhan sayang sama Jogja, setiap malam bulan nampak sempurna, bulat dan indah yang sudah dapat kita lihat bahkan saat berbuka puasa, hal itulah yang saya sering lakukan ketika pergi malam – malam entah bersama siapapun.
Dan malam ini ketika pagi sempat riwuh dan saat saya pulang ke tempat tinggal sementara saya dan hendak mengambil jemuran yang tadi pagi sempat dibingungkan mau menjemur atau tidak karena takutnya akan datang hujan abu tapi ternyata tidak. Hingga lelucon konyol yang saya lakukan dengan teman saya untuk melapisi cucian dengan plastik, membuat kami yakin bahwa hujan abu memang tidak datang.

Sambil melihat langit malam, ternyata tidak hanya bulan yang nampak cerah malam ini tapi bintangpun tidak mau kalah sekalipun mereka tidak berdekatan tapi cahaya yang mereka keluarkan sama sama terang dan indah. Meskipun angin waktu itu sangat dingin dibandingkan angin malam sebelumnya atau sikap dinginmu pada saya haha
Tapi sungguhan saya masih percaya bahwa Tuhan sayang sama Jogja kayak saya sayang kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Setiap orang punya caranya

Wed Jun 6 , 2018
manusia tidak di lahirkan sama satu sama lain, ada banyak perbedaan yang gak bisa kamu dan saya pukuul rata dalam menghadapi seseorang. hari – hari […]

You May Like